Thursday, January 21, 2010

Irwan Irawan tentang resume dan pembinaan etos bandung

Irwan Irawan tentang resume dan pembinaan etos bandung
Seorang mantan pendamping Etos Bandung yang kini bekerja di bagian keuangan PT. Strategi Aliansi Komunika di Jakarta berbagi pengalaman tentang resume materi dan pembinaan. “Resume itu sebagai feedback agar tahu sejauh mana penguasaan materi.” Terang Irwan –etoser 2004- memulai. Sebagai pendamping dan pemberi beasiswa, sudah wajar untuk mengetahui sejauh mana tingkat penerimaan materi oleh mahasiswa. Setelah itu yang lebih penting adalah adanya follow up dari manajemen agar lebih mengenal mahasiswa nya itu sendiri. Dengan semakin mengenal, maka pemberian materi akan lebih selektif sehingga memberikan efek yang lebih baik.
Namun, resume itu sendiri tidak bisa dijadikan patokan untuk mengukur tingkat pemahaman materi seseorang. “Resume tidak mungkin menggambarkan 100% bahwa itulah yang dipahami oleh etoser, mendekati 50% mungkin, namun sangat sulit mengukur apakah dia manerima dan memahami materi jika resume dijadikan sebagai bahan penilain.” Lanjutnya. Hal tersebut karena tak bisa menyimpulkan kondisi seseorang hanya dari tulisan, apalagi scope dari resume itu sendiri sangatlah kecil, “kemampuan menulis seseorang kan beda.” Resume cenderung pandangan subjektif dari seseorang tentang materi tersebut.
Ketika terjadi kasus bahwa seseorang yang tidak mengikuti pembinaan atau materi diwajibkan membuat resume sebagai ganti pembinaan dengan harapan dengan membuat resume tersebut ia cukup mengerti materi yang diberikan, Irwan mempunyai pandangan lain. “ Coba lihat secara menyeluruh, esensi pembinaan itu apa?” esensi dari pembinaan yang diberikan lebih luas dari sekedar pemahaman materi yang diberikan. Pertama, pembinaan lebih diarahkan kepada kebersamaan, silaturahim perangkatan agar lebih mengenal orang lain. Karena pada dasarnya kita hidup di asrama yang pastinya tidak sendiri dan pembinaan membuat kita mempunyai interaksi lebih dengan orang lain agar dapat saling memahami.
Kedua, dinamika kelompok yang terjadi saat pembinaan. Dengan adanya sekumpulan orang saat pembinaan hal tersebut merangsang untuk bisa menggali ilmu lebih dalam. Pemahaman materi secara bersama sangat berbeda dengan pemahaman materi secara sendiri. Dan ketiga, tentang materi itu sendiri. Pembinaan menghadirkan narsumber yang lebih interaktif dari pada literature dan hasil pemahaman orang lain. “kesimpulannya, resume hanya sanksi terakhir yang sangat tidak diharapkan, karena memang tidak bisa dikatakan signifikan.”
Irwan menutup dengan pesan bahwa pembinaan dan sanksi harus disepakati secara kolektif. Harus sinergis dan saling mendukung. (ab)

1 comment:

irwan irawan said...

Alii...saya etoser 2003 bukan 2004.
btw thanx tulisannya